Petani Main Internet

Data terbaru APJII (2016) menyebutkan saat ini ada 132,7 juta pengguna internet di Indonesia. Angka ini luar biasa fantastis mengingat data terakhir di 2014 baru menyebutkan angka 88 juta. Berarti selama kurang dari 2 tahun peningkatannya 50% lebih. Dan kini setengah penduduk Indonesia telah menggunakan internet. Selamat datang era digital yang sesungguhnya.

Menggunakan tebak-tebakan berhadiah, lonjakan pengguna internet ini sepertinya bersumber dari dua hal: pertama, adopsi gadget yang makin cepat dari segi umur terutama di kalangan menengah ke atas; kedua, adopsi gadget yang meluas hingga ke kelas menengah bawah dan kaum rural. Melihat dari statistik demografis masyarakat Indonesia, sumber kedua sepertinya yang paling valid.

Penulis sendiri melihat setidaknya ada 3 fenomena yang menunjukkan perluasan pengguna tersebut baik pada peningkatan range usia maupun perluasan segmen masyarakat. Pertama, munculnya fenomena grup Whatsapp keluarga yang jumlahnya membengkak. Dalam grup tersebut bahkan kakek dan nenek juga mengadopsi gadget demi bergabung di grup Whatsapp. Ketika smartphone telah menjadi handphone yang standard menggantikan stupidphone, para orang tua cenderung lebih mudah terkonversi menjadi pengguna internet. Grup WA juga dianggap sebagai media silaturahim yang sangat tepat dan cepat sehingga mendorong penggunaan tersebut lebih jauh lagi. Belum lagi kultur belanja online yang makin meluas baik melalui olshop standard di Instagram hingga marketplace kekinian.

Kedua, fenomena ojek online yang mengharuskan adopsi gadget bagi para pengendara ojek yang rata-rata kelas menengah kebawah. Karena kebutuhan ini mereka membeli smartphone dan mulai terpapar ekosistem digital lainnya terutama chat messenger dan social media. Paparan smartphone dan internet ini juga menjadi virus ketika para social climber ini mulai mempengaruhi teman dan kerabat lainnya untuk menggunakan gadget.

Ketiga, meningkatnya pengguna rural melalui aktivitas bisnis dan jejaring profesi. Penulis secara khusus memantau ini pada segmen petani ikan. Sementara banyak alat dan teknologi yang mengharuskan petani lebih pintar berinternet, penetrasi utama sepertinya muncul dari chat messenger. Sebagai media silaturahim dan mencari pengetahuan, petani kerap menggunakan media whatsapp. Mereka sangat gandrung, setidaknya dari pengalaman penulis bergabung di berbagai grup petani ikan dan penuturan dari beberapa petani muda.

Fenomena unik ini kini membuka peluang baru. Apakah petani akan seperti anak muda yang hidupnya habis main gadget? Atau justru petani akan bisa menggunakan gadget ini sebagai kesempatan membuka peluang, mendapatkan informasi, dan meningkatkan jejaring bisnisnya. Yang jelas era konektivitas semakin terasa. Dunia social media yang tadinya hanya milik anak muda kini mulai ramai dengan orang berbagai rupa.

Leave a comment